faktax.com - CEO Orbit, Daniel Eshchar, menyatakan bahwa... selengkapnya
Iran, salah satu negara paling berpengaruh di kawasan Timur Tengah, tengah berada di persimpangan sejarahnya. Meski tampak stabil di permukaan, dinamika politik Iran menunjukkan bahwa Republik Islam ini sedang menghadapi tekanan internal dan eksternal yang serius. Banyak pengamat menyebut Iran tengah “mengandung” suatu bentuk perubahan—sebuah metafora untuk menggambarkan bahwa sistem politiknya sedang dalam proses menuju bentuk baru, entah itu reformasi, transformasi, atau bahkan pelestarian status quo yang lebih otoriter.
Baca juga : Iran dan Masa Depan Republik Islam: Menuju Lahirnya Tatanan Baru?
Dalam beberapa tahun terakhir, proses pemilu di Iran justru memperlihatkan kemunduran dalam hal keterbukaan politik. Dewan Penjaga Konstitusi (Guardian Council) secara sistematis menyaring calon-calon presiden, hanya meloloskan mereka yang sejalan dengan garis keras rezim. Akibatnya, kandidat reformis dan moderat semakin terpinggirkan. Fenomena ini memperlihatkan bahwa masa depan politik Iran semakin dikendalikan oleh elite konservatif, termasuk Garda Revolusi Iran (IRGC) yang memainkan peran dominan, baik secara militer maupun ekonomi.
Garda Revolusi Iran, awalnya didirikan sebagai pelindung revolusi Islam, kini telah menjelma menjadi kekuatan politik yang tidak bisa diabaikan. Mereka tidak hanya memengaruhi kebijakan luar negeri, tetapi juga menguasai sektor ekonomi strategis, termasuk energi dan infrastruktur. Dengan pengaruh yang sedemikian luas, IRGC kini menjadi aktor utama dalam menentukan arah politik Iran, menggantikan peran tradisional ulama dan pemimpin religius yang mendominasi sejak 1979.
Namun, dominasi ini tidak datang tanpa perlawanan. Gejolak di masyarakat Iran terus meningkat, terutama dari generasi muda yang menuntut kebebasan berpendapat, keadilan sosial, dan keterbukaan politik. Protes besar seperti yang terjadi pasca kematian Mahsa Amini menjadi penanda bahwa tekanan dari bawah terhadap rezim bukan sekadar insiden, melainkan sinyal akan lahirnya tuntutan perubahan struktural.
Masa depan Iran menjadi sorotan dunia, karena perubahan di negeri ini tidak hanya berdampak pada domestik, tetapi juga pada stabilitas kawasan. Posisi strategis Iran dalam geopolitik Timur Tengah menjadikan segala keputusan politiknya memengaruhi harga energi global, hubungan dengan negara-negara Teluk, serta konflik yang melibatkan kelompok proksi seperti Hizbullah dan milisi di Yaman.
Pertanyaan penting yang kini mengemuka adalah: apakah Iran akan melahirkan sistem politik baru yang lebih inklusif dan terbuka, atau justru memperkuat wajah lamanya dengan dukungan kekuatan militer? Proses ini tidak akan terjadi dalam semalam. Tetapi tanda-tandanya sudah mulai terlihat: dari pembatasan pemilu hingga mobilisasi kekuatan sipil di jalanan.
Sejarah mengajarkan kita bahwa negara-negara besar kerap mengalami transisi dalam bentuk-bentuk tak terduga. Iran hari ini berada dalam kondisi mengandung berbagai kemungkinan. Dunia, termasuk Indonesia, sebaiknya tidak memandang enteng proses ini. Sebab ketika masa depan Republik Islam Iran berubah, bukan hanya peta Timur Tengah yang akan bergeser—melainkan juga konstelasi politik global secara keseluruhan.
© 2025 FaktaX. All Rights Reserved.