faktax.com - Militer Israel mengonfirmasi pada Minggu... selengkapnya
Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran sejak 1989, kini menghadapi ujian terbesar dalam kekuasaannya. Israel — musuh bebuyutannya — telah menggempur fasilitas nuklir Iran, membunuh komandan-komandan penting Garda Revolusi, dan bahkan mengancam langsung keselamatannya. Di usia 86 tahun, Khamenei dihadapkan pada dua pilihan: melanjutkan eskalasi militer yang berisiko menghancurkan Iran lebih jauh, atau mencari jalur diplomatik dengan risiko harus mengorbankan ambisi nuklir yang telah lama ia jaga.
Di balik posisinya sebagai figur tertinggi Republik Islam, Khamenei adalah arsitek dari transformasi besar Iran. Ia membangun kekuasaan ulama lewat sistem pemerintahan teokratis, memperkuat Garda Revolusi menjadi kekuatan dominan baik militer maupun ekonomi, serta mengukuhkan jaringan sekutu regional dalam apa yang disebut “Poros Perlawanan” — mencakup Hamas di Palestina, Hezbollah di Lebanon, Assad di Suriah, dan Houthi di Yaman.
Namun, dalam dua tahun terakhir, kekuatan yang ia bangun selama lebih dari tiga dekade mulai runtuh.
Serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 malah menjadi titik balik. Israel tidak hanya membalas dengan menghancurkan Gaza, tetapi juga mengubah strategi: bukan sekadar menahan, melainkan menghancurkan total sekutu-sekutu Iran. Hamas lumpuh, Gaza hancur. Hezbollah dipukul mundur lewat bombardir dan serangan rahasia. Dan pukulan terberat datang saat rezim Bashar Assad — sekutu kunci Iran — tumbang di tangan pemberontak Sunni. Kini, Suriah dipimpin oleh pemerintahan anti-Iran.
Sementara itu, di dalam negeri, Khamenei juga menghadapi gejolak yang tak kunjung reda. Dari demonstrasi besar pada 2009, protes ekonomi 2017–2019, hingga gelombang kemarahan atas kematian Mahsa Amini tahun 2022, rakyat Iran terus menunjukkan ketidakpuasan terhadap sistem ulama, korupsi, dan kesulitan hidup. Ratusan orang tewas dalam penindasan protes. Laporan penyiksaan, pemerkosaan, dan pelanggaran HAM semakin memperburuk citra rezim.
Kini, "Poros Perlawanan" berada di titik terlemahnya. Sekutu-sekutu Iran terdesak, pengaruh regional menyusut, ekonomi tercekik sanksi, dan rakyat sendiri makin berani menuntut perubahan. Namun Khamenei tetap bersikap menantang — bersumpah bahwa bangsa Iran “tidak akan pernah menyerah.”
Pertanyaannya kini bukan lagi seberapa besar kekuasaan yang dimiliki Khamenei. Tapi: berapa lama lagi ia mampu mempertahankannya?
© 2025 FaktaX. All Rights Reserved.