Iran hari ini berada dalam fase yang sulit untuk diabaikan,... selengkapnya
Khamenei di Persimpangan: Antara Balas Dendam dan Diplomasi
Di tengah gempuran udara Israel yang menargetkan para jenderal dan fasilitas nuklir Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menghadapi dilema historis: membalas dengan risiko kehancuran lebih luas atau membuka jalan diplomasi yang bisa mengorbankan program nuklir andalan Iran.
Dalam pidato terbarunya, Khamenei menegaskan sikap menantang, memperingatkan bahwa campur tangan Amerika akan membawa "kerusakan tak terpulihkan."
Sebagai sosok yang telah memimpin Iran sejak 1989, Khamenei tak hanya mempertahankan warisan Republik Islam, tetapi juga memperluas kekuasaan ulama dan memperkuat Garda Revolusi sebagai kekuatan militer, politik, dan ekonomi utama negara. Kini, stabilitas kekuasaannya dan masa depan Iran berada di ujung tanduk.
Gerakan reformasi yang menguat di awal masa kepemimpinannya sempat menjadi ancaman serius bagi Khamenei. Reformis ingin memperkuat peran pejabat terpilih, namun Khamenei menanggapinya dengan mengonsolidasikan kekuasaan ulama. Lewat lembaga-lembaga tak terpilih yang dikendalikan kaum mullah, ia berhasil menggagalkan reformasi dan membungkam oposisi lewat penyaringan calon dalam pemilu.
Setelah gerakan reformasi gagal, Iran diguncang berbagai gelombang protes. Pada 2009, jutaan rakyat turun ke jalan menuntut keadilan atas dugaan kecurangan pemilu. Sanksi internasional memicu demo ekonomi besar pada 2017 dan 2019. Puncaknya terjadi pada 2022, saat kematian Mahsa Amini di tangan polisi moral memicu kemarahan rakyat secara nasional. Semua protes ini ditekan keras oleh Garda Revolusi dan aparat keamanan.
Ratusan orang tewas dan banyak lainnya mengalami penyiksaan dalam penjara saat Iran menumpas aksi protes yang berulang kali meletus. Meski ditindas, gelombang demonstrasi sejak 2009 hingga 2022 memperlihatkan retaknya sistem teokrasi, meningkatnya kemarahan publik terhadap ulama, korupsi, dan krisis ekonomi. Sebagai respons, pemerintah sesekali melonggarkan aturan sosial Islam.
Saat Khamenei mengambil alih kepemimpinan, Iran masih dalam bayang-bayang kehancuran akibat perang dengan Irak. Namun di bawah kepemimpinannya, Iran berubah menjadi kekuatan regional yang disegani. Jatuhnya Saddam Hussein memberi Iran pijakan kuat di Irak dan memperkuat "Poros Perlawanan" yang menjangkau Suriah, Lebanon, Palestina, hingga Yaman — menempatkan Teheran tepat di ambang pintu Israel.
Serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 justru memicu pembalikan arah besar dalam konflik regional. Israel merespons dengan menghancurkan Gaza dan menjadikan penghapusan sekutu-sekutu Iran — seperti Hamas dan Hezbollah — sebagai prioritas utama.
Hamas kini lumpuh, sementara Hezbollah tertekan usai bombardir hebat dan serangan canggih Israel di Lebanon. Pukulan terbesar datang saat rezim Bashar Assad tumbang, digantikan oleh pemerintahan anti-Iran di Damaskus.
Kini, “Poros Perlawanan” Iran — dari Palestina hingga Suriah — berada dalam posisi paling lemah sejak dibentuk.
© 2025 FaktaX. All Rights Reserved.