faktax.com - Di tengah keraguan sebagian pihak mengenai... selengkapnya
faktax.com - Sejak awal pencalonannya sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka tak henti-hentinya disorot. Usianya yang masih muda, statusnya sebagai putra Presiden Jokowi, hingga berbagai spekulasi soal “politik dinasti” menjadi bahan empuk bagi para pengkritik. Tak sedikit yang mengatakan bahwa Gibran hanya “numpang nama”, dan tak akan mampu menjalankan tugas berat sebagai orang nomor dua di negeri ini.
Namun, apakah semua tudingan itu benar? Atau justru publik mulai melihat sesuatu yang berbeda?
Berdasarkan survei dari Rumah Politik Indonesia, tercatat bahwa 79,8% masyarakat menyatakan puas dengan kinerja Wakil Presiden Gibran. Angka ini mencakup:
Sementara itu, dalam survei lain dari Lembaga Survei Nasional, tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran selama 100 hari pertama mencapai 87,5%. Angka yang tidak bisa diabaikan begitu saja, apalagi untuk seorang pemimpin muda yang masih harus membuktikan dirinya.
Kritik terhadap Gibran memang tak sedikit. Beberapa isu yang sering disuarakan oleh pihak oposisi atau pengkritik antara lain:
Terlalu Muda dan Minim Pengalaman Nasional Gibran dinilai belum cukup matang untuk menduduki jabatan strategis seperti wakil presiden. Banyak yang meremehkan latar belakangnya sebagai Wali Kota Solo sebagai “pengalaman kecil”.
Politik Dinasti Kritikan soal politik dinasti muncul karena ia adalah anak dari Presiden Jokowi. Mereka yang kontra menilai kehadirannya di panggung politik hanya memperpanjang pengaruh sang ayah.
Kontroversi Hukum dalam Pencalonan Pencalonan Gibran sempat menimbulkan kontroversi, terutama karena perubahan aturan usia capres/cawapres oleh Mahkamah Konstitusi yang diputuskan oleh Anwar Usman—adik ipar Presiden Jokowi.
Menanggapi semua kritik yang datang bertubi-tubi, Gibran tidak reaktif. Dalam beberapa kesempatan, ia menyampaikan bahwa kritik adalah bagian dari demokrasi. Bahkan saat akademisi ramai-ramai menyuarakan protes terhadap pemerintahan Presiden Jokowi, Gibran justru mengatakan bahwa semua kritik akan dijadikan bahan evaluasi.
“Kritik dan masukan kami terima. Itu hal yang biasa dalam demokrasi,” ujar Gibran.
Sikap tenang dan rendah hati ini membuat banyak pihak justru menaruh simpati, dan mulai melihat bahwa Gibran memang sedang berproses menjadi pemimpin sejati—bukan sekadar "anak Presiden".
Bukan rahasia lagi, keberadaan Gibran di posisi strategis ini membuat banyak pihak tidak nyaman. Beberapa pihak menilai keberhasilan Gibran akan memperpanjang pengaruh Jokowi di panggung politik nasional—sesuatu yang coba dihalangi oleh lawan-lawan politiknya menjelang Pilpres 2029. Oleh karena itu, serangan terhadap Gibran bukan hanya bersifat pribadi, tetapi juga politis.
Kesimpulan: Jangan Hakimi, Lihat Hasilnya Boleh jadi Gibran datang dari garis keluarga yang berpengaruh. Tapi kini, ia telah berdiri di posisi yang mewajibkan kerja nyata. Dan sejauh ini, hasilnya tidak mengecewakan.
Kritik itu sehat, tapi adil juga jika kita mau melihat bukti-bukti kerja.
Masyarakat Indonesia sudah cukup dewasa untuk menilai: bukan dari siapa dia lahir, tetapi dari apa yang ia lakukan.
© 2025 FaktaX. All Rights Reserved.